Singkawang MediaProgram inovatif Bimbingan Rohani Rumah Sakit (BIRORASA) kembali dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Singkawang di RSUD Abdul Azis, Rabu 14 Mei 2025. BIRORASA kali ini menyasar pasien-pasien di bangsal penyakit dalam, bertujuan untuk memberikan dukungan spiritual sebagai bagian dari proses penyembuhan yang menyeluruh.

Program BIRORASA telah menjadi ikon pelayanan unggulan Kemenag Singkawang, karena tidak hanya melayani aspek keagamaan di tempat ibadah, tetapi juga hadir di tengah-tengah mereka yang sedang menghadapi ujian hidup di rumah sakit.

“Melalui BIRORASA, kami ingin menunjukkan bahwa negara hadir mendampingi masyarakat, tidak hanya secara administratif, tetapi juga secara spiritual,” ungkap Marsudi salah satu Penyuluh Agam Islam.

Menurutnya, program BIRORASA menjadi bukti komitmen Kemenag Singkawang dalam membangun layanan publik yang humanis, inklusif, dan menyentuh hati. Dengan pendekatan lintas agama, program ini menumbuhkan toleransi sekaligus memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.

Ia berharap program BIRORASA terus berkelanjutan dan menginspirasi instansi lain untuk mengembangkan pelayanan publik yang menyentuh aspek fisik dan spiritual secara seimbang.

BIRORASA kali ini turut melibatkan Penyuluh Lintas Agama Kelompok 1 yang terdiri dari 13 penyuluh, terbagi dalam dua sesi yaitu 9 orang pada pagi hari dan 4 orang pada sore hari. Kegiatan dilakukan secara bergiliran dan terjadwal, sehingga pasien dari berbagai latar belakang agama dapat menerima penguatan spiritual sesuai keyakinannya masing-masing.

Salah satu penyuluh agama Kristen, Liu Siang Ha menyampaikan pesan penuh harapan kepada pasien. Ia mengingatkan bahwa kesembuhan tidak hanya ditentukan oleh obat dan perawatan medis, tetapi juga oleh kekuatan batin dan dukungan orang-orang tercinta.

“Ingatlah bahwa keluarga anda sangat berharap dan mendoakan kesembuhan anda. Semangat dan keyakinan untuk sembuh adalah bagian penting dalam proses pemulihan,” ujarnya.

Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas pelayanan, namun menjadi bentuk nyata kolaborasi antara dunia medis dan spiritual. Kehadiran para penyuluh menjadi penyejuk bagi pasien yang tengah berjuang, memberikan ketenangan jiwa serta motivasi untuk terus berikhtiar dan berserah diri.