Singkawang Media- Pagi itu matahai mulai perlahan menampakkan sinarnya. Kabut tipis masih menggantung di atas Pucuk Merah Garden saat matahari perlahan menampakkan sinarnya. 

Di tengah kehangatan suasana Bagua Point Pucuk Merah Garden (PMG) Singkawang, suara mantra bergema pelan, menyatu dengan desir angin dan wangi dupa yang menyelimuti udara. 

Di tempat ini, prosesi sakral pemandian rupang Buddha digelar khidmat dalam rangka perayaan Waisak 2569 BE/2025, Minggu 11 Mei 2025.

Air yang telah didoakan dituangkan perlahan ke atas rupang Buddha kecil yang diletakkan di atas altar bunga. Setiap tetesnya melambangkan penyucian diri, pelepasan dari keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.

Ritual pemandian ini bukan sekadar simbol, melainkan bentuk nyata penghormatan terhadap kelahiran Sang Buddha, yang dipercaya turun ke dunia membawa kedamaian dan kebijaksanaan. Para peserta memanjatkan doa dengan penuh harap agar nilai-nilai Dharma senantiasa menyinari hidup mereka.

Acara ini turut dihadiri oleh Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, yang menyampaikan harapannya agar Waisak kali ini menjadi momentum memperkuat toleransi antarumat beragama di kota seribu kelenteng ini.

“Prosesi ini bukan hanya tentang agama, tapi tentang warisan budaya dan spiritualitas yang menyatukan. Semoga Singkawang senantiasa menjadi contoh harmoni di tengah keberagaman,” ujar Tjhai Chui Mie.

Dalam suasana yang penuh khidmat, Waisak di Singkawang tahun ini bukan sekadar seremoni, tapi panggilan batin untuk kembali pada nilai-nilai luhur kehidupan, kebijaksanaan, dan ketenangan.